Senin, 20 Januari 2014

Makalah Pend. Pancasila "Perguruan Tinggi "

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Perguruan Tinggi Sebagai Faktor Utama Pembaharuan”.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini

Kami menyadari sepenuhnya dalam penulisan dan penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati kami akan menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Terima kasih.

BAB I

PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Perguruan tinggi bisa dikatakan  institusi pendidikan tinggi sebagai penghasil kaum intelektual muda yang cerdas, kreatif dan kompetitif. Tidaklah mengherankan jika mahasiswa sebagai bagian integral dari unsur perguruan tinggi selalu dipandang sebagai cikal bakal pemimpin masa depan dan pionir dalam perubahan menuju kemajuan bangsa.
Anggapan ini tidaklah berlebihan, karena pendidikan tinggi merupakan suatu wadah kelembagaan tertinggi yang harus digeluti seseorang dalam dunia pendidikan sebagai manifestasi dari sebuah harapan untuk menjadi seorang yang handal dan siap pakai, karena dibekali dengan kemampuan intelektualitas, mentalitas dan spritual yang lebih baik, dibandingkan dengan pendidikan dasar dan menengah.
Bahkan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja dewasa ini, baik pada badan pemerintah maupun swasta sudah menggunakan standar sarjana untuk menduduki jabatan-jabatan strategis. Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap pengetahuan jika ditransformasikan.

Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia 4). Melalui kegiatan pendidikans, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial (agen perubahan di masyarakat)

Lantas apakah lembaga pendidikan kita, baik yang formal ataupu informal telah mampu mengantarkan peserta didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat?. Untuk Hal ini masih perlu dipertanyakan. Lembaga pendidikan kita sepertinya kurang berhasil dalam mengantarkan anak didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat, terbukti dengan belum adanya perubahan yang signifikan dan menyeluruh terhadap masalah kebudayaan dan keilmuan masyarakat kita, dan masih maraknya komersialisasi ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan kita, mahalnya biaya pendidikan serta orientasi yang hanya mempersiapkan peserta didik hanya untuk memenuhi bursa pasar kerja ketimbang memandangnya sebagai objek yang dapat dibentuk untuk menjadi agen pembaharuan sosial di masyarakat.

B.    Pokok Bahasan

    Apa  pengertian perguruan tinggi  ?
    Bagaimana perguruan tinggi sebagai faktor pembaharuan?

3.    Bagaimana peranan perguruan tinggi sebagai faktor pembaharuan bagi Mahasiswa, Masyarakat maupun bangsa dan negara

BAB II

PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi adalah institusi yang membidani kelahiran sumber daya intelektual yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan memproduksi, mengkonstruksi dan merevitalisasi paradigma sumber daya manusia itu, agar mereka memiliki perspektif kognisi, afeksi dan konasi yang baik di mata masyarakat sebagai bekal kehidupannya-tentu saja tidaklah mudah. Perguruan tinggi tidak saja harus dituntut segi-segi otentitasnya secara yuridis dan eksistensial agar legitimasinya di akui oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sebuah institusi yang capable mengelola dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu.

Dalam artian harus mejadi poros perubahan demi kemajuan bangsa yang lebih baik dan bermartabat. Untuk itu segala bentuk perubahan dalam menanggapi dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merespon dinamika dunia kemahasiswaan dan tuntutan dunia kerja yang semakin kompetitif, maka sebuah perguruan tingi secara idealnya harus kreatif dan inovatif dalam merespon berbagai permasalahan yang dihadapinya.

B.    Perguruan Tinggi Sebagai Faktor Utama Pembaharuan

Lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu menjalankan fungsinya sebagai agen pembaruan dalam masyarakat (agent of social change). Yakni Pemahaman dan pemikiran masyarakat yang terbuka dan cerdas dalam bidang apapun (politik, hukum, pendidikan, kesehatan, keagamaan) dan berbagai dimensi lain. Lulusan peguruan tinggi juga diharapkan membawa pencerahan dan memberikan pengaruh bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Namun pergurun tinggi juga harus mampu mengkonstruktivitaskan institusinya secara moral dan manajerial agar ia dapat survive dan mampu menyediakan semua proses intelektualisasi produk yang dihasilkannya kepada masyarakat secara sistematis, kontinue dan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat tentang harapan dan cita-citanya mendapatkan manfaat belajar di perguruan tinggi. Anggapan ini tidaklah berlebihan, karena pendidikan tinggi merupakan suatu wadah kelembagaan tertinggi yang harus digeluti seseorang dalam dunia pendidikan sebagai manifestasi dari sebuah harapan untuk menjadi seorang yang handal dan siap pakai, karena dibekali dengan kemampuan intelektualitas, mentalitas dan spritual yang lebih baik, dibandingkan dengan pendidikan dasar dan menengah.
Bahkan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja dewasa ini, baik pada badan pemerintah maupun swasta sudah menggunakan standar sarjana untuk menduduki jabatan-jabatan strategis. Artinya seseorang dengan predikat sarjana sebagai bukti telah mengenyam pendidikan tinggi, mendapat status sosial yang lebih baik dimata masyarakat, karena dipandang memiliki konsep pemikiran yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak atau belum mengenyam pendidikan tinggi. Alhasil pendidikan tinggi dewasa ini seakan telah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilalui seseorang sebelum turun ke dunia kerja.
Namun kenyataannya tidak sedikit pula lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang harus ‘gigit jari’ ketika tidak mampu untuk bersaing dalam dunia kerja, sehingga menjadi pengangguran. Bahkan tingkat pengangguran yang berstatus sarjana di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Menurut data (Kompas 6/2, 2007),terjadi pelonjakan drastis jumlah sarjana menganggur dari 183.629 orang (2006) menjadi 409.890 orang (2007), dan jumlah pengangguran diploma 224.964 orang.
Ini mengindikasikan bahwa ada kelemahan dalam pola manajemen serta pengembangan pendidkan tinggi di Indonesia. Sehingga daya tarik dunia pendidikan tinggi di Indonesia mulai menunjukan kemunduran. Ini dapat dibuktikan dengan semakin meningkatnya minat masyarakat yang ingin menuntut ilmu di luar negeri seperti negara-negara Eropa, Amerika, Australia bahkan negara Asia seperti Jepang, Korea, Singapura telah menjadi negara kepercayaan masyarakat untuk menunutut ilmu, karena dianggap memiliki perguruan tinggi yang mampu memberikan bekal pengetahuan yang lebih baik.

Artinya sebuah institusi pendidikan tinggi harus responsif terhadap berbagai dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan serta reaktif terhadap segala bentuk perubahan ke arah yang lebih baik, karena mengelola sebuah pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia dan pusat kajian ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat membutuhkan kreatifitas dan inovasi yang berorientasi ke arah kemajuan, dan harus responsif terhadap tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif.

Bahkan selama ini di Indonesia, terjadi jurang pemisah yang semakin melebar, antara dunia pendidikan tinggi sebagai penghasil produk, dengan dunia kerja sebagai pemakai produk, karena dunia pendidikan tinggi belum mampu menciptakan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia kerja, karena institusi pendidikan tinggi di Indonesia lebih berkutat membekali mahasiswa dengan hard skill dan mengabaikan kemampuan soft skill. Hal ini menandakan bahwa dunia pendidikan tinggi di Indonesia umumnya belum responsif terhadap tantangan dan perubahan zaman.
Padahal dunia kerja di Indonesia dewasa ini diperhadapkan kepada masalah keterbatasan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan Hard skill dan soft skill. Sehingga setiap lulusan perguruan tinggi yang selama ini lebih dibekali dengan kemampuan hard skill saja, pada saat terjun dalam dunia kerja terbyata mengalami kesulitan untuk mengembangkan potensi dirinya dalam menghadapi dunia kerja yang sangat  kompetitif.
Dalam menciptakan sumberdaya manusia yang dapat memenuhi harapan dunia kerja. Maka perlu perubahan paradigma, yang tadinya hanya lebih berorientasi memenuhi kemampuan hard skill sebagai bentuk kemampuan teknis harus dilengkapi dengan pemenuhan kemampuan soft skill dengan memiliki attitude atau sikap yang baik, karena dunia pendidikan tinggi menjadi tumpuan dan harapan bangsa dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang mampu bersaing, baik secara nasional maupun global, dengan tetap berperilaku lokal yang dapat diwujudkan dengan moral yang baik, sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

C.    peranan perguruan tinggi sebagai faktor pembaharuan bagi Mahasiswa, Masyarakat maupun bangsa dan negara

Komitmen dan kepedulian bersama perlu karena Millenium Development Goals (MDGs) sebagai pembaharuan komitmen terhadap pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kualitas manusia akan ditindaklanjuti dengan mengadakan  ranking statistik  (seperti HDI) setiap negara mengenai kemajuan dalam mencapai target MDGs memerlukan kerjasama dari berbagai komponen penting dalam masyarakat, seperti perguruan tinggi dan para sivitas akademika. Demikian dikatakan Prof. Dr. Saparinah Sadli dalam Pidato Penerima Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2004 berjudul Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/ MDGs) Perspektif Jender  di Auditorium Grha Sabha Pramana UGM, 20 Desember 2004.

Peran perguruan tinggi penting karena merupakan rumah dari pakar dalam berbagai bidang ilmu dan sesuai misinya dapat menyumbang secara substansial pada upaya pencapaian target MDGs melalui kegiatan pengajaran, penelitian dan dalam menerapkan ilmunya untuk keprluan masyarakat ungkap Prof. Saparinah.

Menurutnya, peran perguruan tinggi mencapai target MDGs juga penting karena diperlukan inovasi, kreativitas serta pendekatan multidisipliner dalam memikirkan kembali kebijakan pembangunan yang dapat mengintegrasikan perpektif jender dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium. Perlu sumbangan fikiran konseptual apakah Tujuan Pembangunan Milenium sebagai pembaharuan komitmen terhadap pengentasan kemiskinan harus didasarkan pada paradigma yang berbeda. Seperti tidak hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga mengkaji kembali faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan yang terfokus pada manusia dan berwawasan jender (people centered development with a gender perspective), jelasnya.

Prof. Saparinah juga berharap bahwa sivitas akademika dapat menyumbang pada pergeseran paradigma yang dibutuhkan. Karena meskipun promosi tentang pembangunan yang terpusat pada manusia bukan sesuatu yang baru, tetapi MDGs sebagai pembaharuan komitmen terhadap mencapai tujuan tersebut perlu memasukkan faktor baru. Adalah perwujudan kesetaraan jender untuk dapat mencapai peningkatan kualitas manusia, perempuan dan laki-laki, dan mengembangkan nilai-nilai yang manusiawi.

BAB III

DAMPAK YANG DITIMBULKAN

1.  Menciptakan kaum intelektual muda yang cerdas, kreatif dan kompetitif

Mahasiswa sebagai          sebuah          Produk Jika sebuah institusi pendidikan tinggi diibaratkan sebagai sebuah pabrik yang menciptakan sebuah produk, maka produk yang ingin dihasilkan dari sebuah institusi pendidikan tinggi adalah mahasiswa sebagai lulusan yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan attitude yang baik dan ideal sehingga diaharapkan mampu terjun dan survive ke dunia kerja, baik sebagai karyawan maupun sebagai seorang enterpreneurship yang handal dan kompetitif. Sehingga kehadirannya dalam dunia kerja nantinya bukan menjadi beban negara namun menjadi solusi terbaik dalam mengurangi tingkat pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Untuk mewujudkan hal ini maka semuanya tergantung institusi pendidikan tinggi penghasil lulusan sebagai sebuah produk yang siap pakai. Sebuah intitusi pendidikan tinggi dalam menjalankan amanahnya sebagai ’pencipta’ sumberdaya manusia yang handal, dituntut mampu untuk menghasilkan lulusan yang ideal, sesuai visi dan misi institusinya yang harus disinergikan dengan visi Kementrian Pendidikan Nasional dalam mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Bagaikan sebuah produk, maka lulusan pendidikan tinggi harus mampu menjadi daya tarik konsumennya baik masyarakat maupun dunia kerja. Masyarakat dalam artian calon mahasiswa untuk tertarik menuntut ilmu pada perguruan tinggi yang dipercaya mampu memberikan bekal ilmu pengetahuan dan attitude yang lebih baik dan ideal. Sementara dunia kerja adalah wadah bagi lulusan perguruan tinggi untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya saat di perguruan tinggi, yang diharapkan mampu memberikan yang terbaik bagi tempat dimana dia bekerja, sehingga mampu berkompetisi dalam dunia kerja. Untuk itulah peranan dunia pendidikan tinggi adalah bagaimana menciptakan produk yang kompetitif dan laku di pasaran, serta mengikuti perkembangan dan perubahan zaman.
Namun, apakah semua institusi pendidikan tinggi di Indonesia telah dapat menciptakan produk unggulan seperti yang diharapkan..?. Jika dilihat dari berbagai data statistik, secara umum dunia pendidikan tinggi di Indonesia belum mampu menjalankan amanah sebagai pencipta sumberdaya manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana yang dimanahkan oleh pemerintah. Dalam menciptakan sumberdaya manusia yang dapat memenuhi harapan dunia kerja. Maka perlu perubahan paradigma, yang tadinya hanya lebih berorientasi memenuhi kemampuan hard skill sebagai bentuk kemampuan teknis harus dilengkapi dengan pemenuhan kemampuan soft skill dengan memiliki attitude atau sikap yang baik, karena dunia pendidikan tinggi menjadi tumpuan dan harapan bangsa dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang mampu bersaing, baik secara nasional maupun global, dengan tetap berperilaku lokal yang dapat diwujudkan dengan moral yang baik, sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

2.     Tercapainya Mobilitas Sosial

Orientasi pendidikan sangat perlu dilakukan agar pendidikan selalu peka akan realitas sosial yang ada. Perubahan orientasi bukan lagi hanya pada wilayah materi. Akan tetapi harus sudah dapat menyentuh pada wilayah orientasi di masyarakat. Jelasnya terlihat bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah suatu jalan yang harus ditempatkan dan ditempuh untuk melakukan perubahan dalam tatanan masyakat (mobilitas sosial). Sebab, saat kita akan melakukan perubahan mau tidak mau harus menyadarkan masyarakat tentang kesejajaran kelas. Dan ini hanya bisa dilakukan saat masyarakat sudah mendapatkan pendidikan yang benar. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat diantaranya kesenjangan ekonomi, kebodohan, perbedaan kasta, dan kemalasan. Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas sosial adalah kebodohan atau kurangnya pendidikan. Faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial pun cukup banyak diantaranya keinginan untuk berubah, bosan dengan keadaan yang sudah ada, dan pendidikan. Disinilah pendidikan menjadi faktor penentu dalam mobilitas sosial. Oleh karena itu saat kita akan melakukan mobilitas sosial maka yang harus dibenahi adalah pendidikannya.

3.     poros perubahan  kemajuan bangsa yang lebih baik dan bermartabat

Mahasiswa sebagai sebuah Produk
Jika sebuah institusi pendidikan tinggi diibaratkan sebagai sebuah pabrik yang menciptakan sebuah produk, maka produk yang ingin dihasilkan dari sebuah institusi pendidikan tinggi adalah mahasiswa sebagai lulusan yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan attitude yang baik dan ideal sehingga diaharapkan mampu terjun dan survive ke dunia kerja, baik sebagai karyawan maupun sebagai seorang enterpreneurship yang handal dan kompetitif. Sehingga kehadirannya dalam dunia kerja nantinya bukan menjadi beban negara namun menjadi solusi terbaik dalam mengurangi tingkat pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk mewujudkan perubahan,  hal ini maka semuanya tergantung institusi pendidikan tinggi penghasil lulusan sebagai sebuah produk yang siap pakai. Sebuah intitusi pendidikan tinggi dalam menjalankan amanahnya sebagai ’pencipta’ sumberdaya manusia yang handal, dituntut mampu untuk menghasilkan lulusan yang ideal, sesuai visi dan misi institusinya yang harus disinergikan dengan visi Kementrian Pendidikan Nasional dalam mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.

4.            Terjadinya Perubahan Sosial

Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh orang-orang yang terbeban terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan beradab. Peradaban kuno mencatat methode penyampaian  ajaran lewat tembang dan kidung, puisi ataupun juga cerita sederhana yang biasanya tentang kepahlawanan.Perubahan sosial budaya masyarakat sebagaimana yang kita bicarakan di atas tikan akan pernah bisa kita hindari, sehinga akan menuntut lembaga pendidikan sebagai agen perubahan untuk menjawab segala permasalahan yang ada. Dalam permasalahan ini lembaga pendidikan haruslah memiliki konsep dan prinsip yang jelas, baik dari lembaga formal ataupun yang lainya, demi terwujudnya cita-cita tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebuah intitusi pendidikan tinggi dalam menjalankan amanahnya sebagai ’pencipta’ sumberdaya manusia yang handal, dituntut mampu untuk menghasilkan lulusan yang ideal, sesuai visi dan misi institusinya yang harus disinergikan dengan visi Kementrian Pendidikan Nasional dalam mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Bagaikan sebuah produk, maka lulusan pendidikan tinggi harus mampu menjadi daya tarik konsumennya baik masyarakat maupun dunia kerja. Masyarakat dalam artian calon mahasiswa untuk tertarik menuntut ilmu pada perguruan tinggi yang dipercaya mampu memberikan bekal ilmu pengetahuan dan attitude yang lebih baik dan ideal. Sementara dunia kerja adalah wadah bagi lulusan perguruan tinggi untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya saat di perguruan tinggi, yang diharapkan mampu memberikan yang terbaik bagi tempat dimana dia bekerja, sehingga mampu berkompetisi dalam dunia kerja. Untuk itulah peranan dunia pendidikan tinggi adalah bagaimana menciptakan produk yang kompetitif dan laku di pasaran, serta mengikuti perkembangan dan perubahan    zaman.

Peran tersebut diataslah yang pada akhirnya mendudukan perguruan tinggi sebagai menara gading. Suatu cita-cita yang senantiasa terus dikejar oleh masyarakat untuk menapaki eksistensi kehidupannya dalam komunitas kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegera. Dengan kata lain, perguruan tinggi sampai hari ini merupakan jalan elementer bagi masyarakat dalam upayanya menjadikannya kaum elit – kelompok masyarakat yang memberikan pengaruh, dan daya dorong kuat sekaligus juga sebagai pemimpin ditengah suatu komunitas masyarakat. Apapun komunitasnya–apakah komunitas politik, ekonomi, sosial, budaya, profesi dan sebagainya.

B.         SARAN-SARAN

1.     pembangunan lembaga perguruan tinggi  diharapkan dapat memberikan pembaharuan serta kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat.

2.     kualitas lulusan perguruan tinggi kebanyakan justru terletak pada manajemen perguruan tinggi itu sendiri Maka perlu perubahan paradigma, yang tadinya hanya lebih berorientasi memenuhi kemampuan hard skill sebagai bentuk kemampuan teknis harus dilengkapi dengan pemenuhan kemampuan soft skill dengan memiliki attitude atau sikap yang baik

3.     sebuah perguruan tingi secara idealnya harus kreatif dan inovatif dalam merespon berbagai permasalahan yang ada dengan mengoptimalkan alokasi dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki perguruan tinggi, dan mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif sehingga menjadi agen pembaharuan.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Lubis, Rusdi. 2011.PEMBINAAN SDM UNTUK PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH. D http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2474:pembinaan-sdm-untuk-pelaksanaan-otonomi-daerah&catid=11:opini&Itemid=83, dikutip pada 27 Maret 2012

2. http://sandijundira.blogspot.com/2014/01/makalah-pend-pancasila-perguruan-tinggi.html

2.    http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/10/29/pemuda-satu-langkah-sejuta-harapan/

3.    http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=23

4.    http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/05/pembaharun-islam-di-india-dengan.html

6.    Prop dan inst penel-Analisis Pengaruh PMW.pdf - Staff Site ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar